TAMBOLAKA, TIMES Nusa Tenggara Timur| Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) 2024, dinilai potensi konflik akibat persaingan head-to-head antara kandidat-kandidat kuat semakin menjadi isu liar ditengah masyarakat SBD.
Di tengah situasi ini, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi angin segar bagi partai-partai non-seat, yang kini memiliki peluang untuk mengusung kandidat bupati dan wakil bupati dari wilayah Kodi dan Loura.
Aleks Rangga Pija, yang merupakan figur dari wilayah Kodi dan saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah SMK Pancasila Tambolaka, disebut-sebut sebagai calon bupati yang sangat potensial. Di sisi lain, Sakarias Natara, dari wilayah Loura, muncul sebagai calon kuat untuk posisi wakil bupati. Kombinasi kedua figur ini dinilai representatif dalam menciptakan keseimbangan kekuasaan antara dua wilayah strategis di Sumba Barat Daya, yaitu Kodi dan Loura.
Keputusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024 yang memperbolehkan partai non-seat mengusung pasangan calon, jika memenuhi syarat perolehan suara minimal 10 persen, membuka ruang baru dalam dinamika politik Sumba Barat Daya. Partai-partai non-seat seperti PSI, PPP dan Partai Gelora, kini memiliki kesempatan untuk mengajukan pasangan calon. Namun, untuk memperkuat daya saing, opsi menggandeng Partai Demokrat yang memiliki 1 kursi di DPRD Sumba Barat Daya juga harus dipertimbangkan.
Menggandeng Demokrat, yang memiliki basis suara yang cukup signifikan, diharapkan dapat memperluas dukungan bagi pasangan Aleks Rangga Pija dan Sakarias Natara. Hal ini juga dinilai sebagai strategi yang mampu meredam konflik politik yang berpotensi terjadi, dengan memberikan alternatif pilihan bagi pemilih yang mungkin merasa terjebak dalam persaingan ketat antara kandidat yang telah resmi mendapatkan dukungan partai politik yang memiliki seat di DPRD SBD.
Kehadiran pasangan Aleks-Sakarias tidak hanya menawarkan keterwakilan yang seimbang antar-wilayah, tetapi juga memberikan harapan baru bagi masyarakat Sumba Barat Daya.
Rekam jejak Aleks Rangga Pija di dunia pendidikan dan Sakarias Natara yang dikenal sebagai seorang birokrat, pasangan ini diprediksi dapat menarik simpati masyarakat SBD terutama di wilayah Kodi dan Loura.
Partai-partai non-seat bersama Partai Demokrat harus mengambil peluang untuk memainkan peran penting dalam Pilkada 2024, tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai penentu arah masa depan politik di Sumba Barat Daya.
Jika strategi ini berhasil diimplementasikan, maka Pilkada Sumba Barat Daya akan menyajikan pertarungan yang lebih dinamis dan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat dalam menentukan pemimpin mereka untuk periode 2024-2029.***
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT. |
|
Tidak ada komentar