WhatsApp Channel Banner

Pengamat Nilai Sikap Politik Fraksi Perindo SBD Tak Tegas: “Ngilur Ngalur, Tak Jelas Arah”

waktu baca 2 menit
Jumat, 13 Jun 2025 14:30 235 FBL

Tambolaka, TIMESNTT.COM | Sikap politik Fraksi Partai Perindo di DPRD Sumba Barat Daya (SBD) dalam menyikapi polemik seleksi PPPK tahap dua dinilai tidak menunjukkan kejelasan arah. Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana), Lasarus Jehamat, menyebut respons Perindo sebagai “ngilur ngalur, no poin”, merujuk pada tidak konsistennya pernyataan para elite partai itu.

Ketua Fraksi Perindo DPRD SBD, Stefanus Rangga Bola, menyatakan sikap politik fraksinya baru akan diputuskan setelah pelaksanaan Rapat Dengar Pendapat (RDP) lintas komisi yang dijadwalkan dalam waktu dekat.

“Kami masih menunggu hasil RDP keempat. Dari situ baru akan ditentukan langkah politik fraksi,” ujarnya.

Baca Juga  Alex Lumba Titip Penambahan Kuota PPPK dan CPNS di Kabupaten Kupang ke Melki Laka Lena 

Namun, pernyataan ini berbeda dengan sikap Ketua DPD Perindo SBD sekaligus Wakil Ketua II DPRD, Yusuf Bora, yang lebih memilih untuk tidak berkomentar soal polemik PPPK. “No comment dulu,” kata Yusuf saat dimintai tanggapan beberapa waktu lalu.

Stefanus menegaskan, Fraksi Perindo akan menyesuaikan sikap dengan dinamika di forum RDP. “Kalau mayoritas anggota dewan tidak puas dengan jawaban pemerintah, kami siap ikut mendukung langkah lanjutan, termasuk bila perlu dibentuk pansus,” tuturnya.

Namun jika persoalan dianggap selesai di forum RDP dengan BPKSDM SBD, lanjut Stefanus, pembentukan pansus tidak diperlukan. “Kami fleksibel, melihat situasi nanti,” ujarnya.

Baca Juga  MDT; Saya Sudah Belasan Kali Cuci Darah Karena Gagal Ginjal, Saya Tidak Maju Lagi Calon Bupati Karena Kesehatan Saya Menurun

Menurut Lasarus Jehamat, sikap saling tidak sinkron di tubuh Perindo menunjukkan lemahnya arah politik partai itu di tingkat lokal.

“Ketika ketua DPD bilang no comment, sementara ketua fraksi bilang masih menunggu, publik jadi bingung. Tidak ada kejelasan posisi,” ucapnya. Lasarus menilai sikap seperti ini berpotensi melemahkan posisi Perindo di hadapan konstituen.

Pengamat lain menyebut, fenomena perbedaan suara ini bisa menjadi indikasi lemahnya komunikasi internal di tubuh partai. “Antara DPD dan Fraksi tidak satu suara. Ini bukan hanya soal strategi, tapi juga menyangkut kredibilitas partai di mata publik,” ujarnya.

Kepemimpinan Yusuf Bora sebagai plt ketua DPD Perindo SBD dinilai lemah.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT.

FBL

Pemimpin Redaksi Times Nusa Tenggara Timur

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA

    Stop Copas!!