WhatsApp Channel Banner

Prof. Apris Dihantam Isu Ikoma di Tengah Pilrek Undana: Siapa yang Bermain?

waktu baca 4 menit
Minggu, 26 Okt 2025 10:00 30 Times NTT

Opini

Penulis: Marianus Lodwick Dea, Warga Larantuka di Kota Kupang

Kota Kupang, Timesntt.com-Menjelang Pemilihan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) periode 2025-2029, suhu politik kampus meningkat tajam. Di tengah proses yang seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan integritas akademik, publik justru disuguhi isu yang menyeret nama Prof. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes. terkait dugaan pengelolaan dana Ikoma.

Ini seperti sebuah fenomena baru dilingkungan kampus yang dikenal dengan pertarungan ide dan mengedepankan etika seakan bergeser ke poltik praktis yang bar bar. Jika fenomena itu kita biasa saksikan dalam perebutan kekuasaan politik kini sudah mulai merasuk dalam demokrasi di kampus.

Menariknya pemberitaan mengenai isu tersebut muncul hampir bersamaan di sejumlah media daring dan media sosial dengan narasi serupa. Nilai dugaan yang disebut mencapai Rp 2 miliar tanpa ada rujukan audit resmi dari lembaga negara yang berwenang. Beberapa pihak bahkan mendorong aparat penegak hukum untuk turun tangan meski dasar informasinya belum jelas.

Strategi seperti ini bukan hanya mengaburkan substansi tetapi juga mencederai etika akademik yang seharusnya menjadi landasan dalam setiap kompetisi di lingkungan perguruan tinggi.

Dalam klarifikasinya Prof. Apris menegaskan bahwa Ikoma telah dibubarkan sejak Juni 2022 dan seluruh kegiatan keuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat telah diaudit tanpa temuan penyimpangan. Pernyataan tersebut semestinya menjadi rambu bagi publik untuk menilai secara objektif dan menunggu data resmi, bukan larut dalam opini liar yang beredar.

Baca Juga  Tim LPPM Undana Melakukan Kegiatan Pelatihan Penulisan Opini Bagi Mahasiswa Sosiologi Undana

Di era digital ketika persepsi menyebar lebih cepat daripada klarifikasi, kebenaran sering kali datang terlambat. Hal itu juga dialami oleh Prof. Apris. Setelah beberapa kali melakukan klarifikasi di media, muncul lagi pemberitaan di media Victory News dalam versi online. Link tautan, https://www.victorynews.id/ntt/33116134335/diduga-melanggar-hukum-aph-didesak-usut-dana-ikoma-rp2-miliar-di-undana-kupang-calon-rektor-prof-apris-adu-jadi-sorotan pada tanggal 23 Oktober 2025. Padahal sebelum itu sudah ada bantahan resmi dari Prof. Apris. Narasi yang ditampilkan VN, persis dalam berita yang sudah diklarifikasi. Nilai kerugian yang asumsi, narasumber anonim dan tidak ada keberimbangan dalam berita karena tidak ada konfirmasi terhadap Prof. Apris.

Di sinilah tanggung jawab moral media dan warga akademik diuji apakah tetap berpegang pada fakta atau terseret dalam arus opini yang digerakkan oleh kepentingan.

Pemilihan rektor seharusnya menjadi momentum untuk menunjukkan kedewasaan akademik dan ajang merawat nilai transparansi, integritas, dan rasionalitas. Bila ruang akademik dipenuhi dengan tudingan tanpa bukti, yang rusak bukan hanya nama pribadi melainkan juga marwah Undana sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mestinya berdiri di atas nilai ilmiah dan kebenaran.

Kampus tidak boleh kehilangan akal sehatnya di tengah hiruk-pikuk kepentingan. Dunia akademik harus berdiri tegak di atas data bukan desas-desus. Jika ada pelanggaran, biarlah proses hukum membuktikan jika tidak ada, biarlah waktu yang menyingkap kebenaran.

Baca Juga  Mencermati Sengketa Tanah Suku di Ketemukungan Oenutnanan Oeana SoE dan Penetapan Kawasan Hutan Laob Tumbesi

Pada akhirnya badai isu ini menjadi ujian integritas baik bagi Prof. Apris maupun bagi seluruh civitas akademika Undana.

Karena dalam setiap musim politik hanya pohon yang berakar kuat yang mampu bertahan diterpa angin.

Badai isu yang menghantam Prof. Apris bukannya tanpa dalang yang bergerak di balik kegelapan. Dalang tersebut hanya menggerakkan para wayangnya untuk bergerilya menyebar isu, membangun asumsi bahkan melakukan trial by the press. Meski isu serampangan tapi dimainkan terstruktur dan dishare di ruang-ruang digital tempat opini mudah dikendalikan tanpa perlu fakta yang kokoh.

Namun sekuat apa pun badai itu berembus, kebenaran tak bisa dikubur selamanya. Ketika arus kepentingan sirna publik akan tahu siapa yang berdiri di sisi kejujuran dan siapa yang menebar angin dan akan menuai badai.

Dalam tahap pertama Pilrek Undana, hasil menunjukkan bahwa Prof. Apris meraih 25 suara, diikuti Prof. Bale dengan 24 suara, dan Dr. Melki Taneo dengan 6 suara. Perolehan ini menegaskan bahwa dukungan terhadap Prof. Apris tetap solid meskipun ia sedang diterpa isu. Ia memilih untuk tetap tenang fokus pada visi akademik dan kepemimpinan yang beretika. Dalam ujian seperti ini karakter sejati seorang akademisi justru terlihat bukan saat ia disanjung, melainkan ketika ia difitnah namun tetap tegak menjaga martabatnya.

Catatan redaksi: Segala bentuk isi opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA

    Stop Copas!!