KUPANG, TIMESNTT.COM — Dugaan pelecehan seksual sesama jenis yang melibatkan seorang konten kreator lokal di Sumba Barat Daya terhadap pria berinisial AJG menuai perhatian luas. Menurut pengamat sosiologi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana, Lasarus Jehamat, peristiwa ini tidak semata persoalan pribadi, tetapi juga mencerminkan relasi kuasa, lemahnya kontrol sosial, serta persoalan moralitas dalam masyarakat.
“Kasus ini memperlihatkan bagaimana seseorang memanfaatkan situasi ketika korban tidak berdaya, dalam hal ini dalam kondisi mabuk. Jadi, pelecehan seksual, baik heteroseksual maupun homoseksual, berakar pada penyalahgunaan relasi kuasa dan hilangnya penghormatan terhadap tubuh orang lain,” ujar Lasarus, Minggu (28/9/2025).
Ia menambahkan, di masyarakat Sumba, isu homoseksualitas kerap dipandang tabu. Namun, ketika muncul kasus pelecehan dengan nuansa sesama jenis, persoalan utama yang harus dilihat bukan pada orientasi seksual, melainkan tindak kekerasan dan pelanggaran hak korban.
Menurut Lasarus, fenomena ini sekaligus menjadi alarm bagi masyarakat untuk memperkuat kontrol sosial, pendidikan moral, serta literasi tentang relasi sehat antarindividu. “Kita perlu mendorong diskusi yang sehat, bukan stigma. Fokus kita adalah menegakkan hukum dan memberikan perlindungan kepada korban,” katanya.
Ia menilai, kasus ini juga menjadi ujian bagi aparat penegak hukum untuk menangani perkara pelecehan dengan transparan. Proses hukum yang adil akan menentukan sejauh mana masyarakat percaya bahwa hak-hak korban benar-benar dihormati.***
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT. |
|
Tidak ada komentar