Tambolaka, TIMESNTT.COM | Asosiasi Peternak Unggas Sumba Barat Daya (ASPETUN-SBD) mendesak pemerintah setempat untuk melindungi peternak mandiri dari ancaman perusahaan integrator. Ketua ASPETUN-SBD, Yohanes Ngongo, mengungkapkan kekhawatiran atas potensi dampak negatif kehadiran perusahaan integrator di wilayah tersebut.
“Kami tidak menolak investasi, jika itu membuka lapangan kerja dan menggerakkan banyak pelaku usaha. Namun bila kehadirannya justru mematikan peternakan rakyat, yang jumlahnya begitu banyak, maka kami akan berdiri tegas untuk menolak,” kata Yohanes Ngongo.
  
 
Menurut Yohanes, perusahaan integrator telah mematikan peternak mandiri di sebagian besar wilayah Indonesia. “Kami meminta perlindungan dari pemerintah. Kami meyakini pemerintah akan berpihak pada kepentingan rakyat banyak, pada peternak mandiri Kabupaten Sumba Barat Daya,” tambahnya.
ASPETUN-SBD khawatir bahwa kehadiran perusahaan integrator akan mengganggu rantai distribusi yang telah terjalin selama ini dan membuat peternak mandiri kesulitan memasarkan hasil ternaknya. Oleh karena itu, mereka meminta pemerintah untuk mempertimbangkan dampaknya sebelum memberikan izin kepada perusahaan integrator.
  
 
ASPETUN-SBD berharap pemerintah dapat memahami kekhawatiran mereka dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi peternak mandiri di Sumba Barat Daya.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPRD Sumba Barat Daya, Asosiasi Peternak Unggas Sumba Barat Daya (ASPETUN-SBD) berharap agar DPRD Sumba Barat Daya berpihak pada masyarakat Sumba Barat Daya. Rapat yang dipimpin oleh Heri Pemu Dadi ini membahas tentang potensi dampak kehadiran perusahaan integrator di wilayah tersebut.
  
 
ASPETUN-SBD menyampaikan kekhawatiran bahwa kehadiran perusahaan integrator dapat mematikan peternak mandiri dan mengancam rantai distribusi yang telah terjalin selama ini. Oleh karena itu, mereka meminta DPRD untuk mempertimbangkan dampaknya dan melindungi kepentingan masyarakat Sumba Barat Daya.***
| | Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT. | 
 | 
Tidak ada komentar