KUPANG, TIMES Nusa Tenggara Timur| Lembaga Survei Voxpol Center menampilkan potret kesukaan mayoritas warga Nusa Tenggara Timur sebagai acuan untuk menentukan calon gubernur.
Pada rilis hasil survei Voxpol Center, Kriteria pemimpin jujur, bersih dan bebas dari korupsi mendapat tingkat keterpilihan lebih tinggi, yakni 71,8 persen
Selanjutnya, pemimpin yang punya kinerja dan pengalaman disukai masyarakat yakni sebanyak 43,6 persen.
Faktor berikut yang menjadi rujukan adalah visi misi dan program yang ditawarkan sebanyak 22,9 persen disusul dengan karakter kepemimpinan (jujur, santun, tegas, sederhana dll) yakni sebanyak 14,0 persen.
Faktor lain yakni soal kapasitas atau kompetensi yang dimiliki 12,3 persen.
Sedangkan warga masyarakat yang memilih berdasarkan asal daerah kandidat 2,5 persen dan agama yang dianut kandidat 1,1 persen.
Gender atau jenis kelamin kandidat 0,3 persen, suku bangsa atau etnis kandidat 0,3 persen, berpenampilan fisik menarik (gaga, ganteng, menarik, good looking) 0,1 persen.
Merujuk pada survei Voxpol Center, masyarakat NTT tidak lagi berpatokan pada isu SARA dalam menentukan pemimpin.
Mayoritas masyarakat cenderung memilih pemimpin berdasarkan kinerja daripada faktor agama, suku, atau etnis.
Survei yang dilakukan tanggal 23 Juli hingga 1 Agustus 2024 ini mengungkapkan bahwa warga NTT semakin memperlihatkan kualifikasi dan capaian calon pemimpin dalam menentukan pilihan mereka.
Sebanyak 43,6 responden menyebut akan memilih calon pemimpin berdasarkan track record, sedangkan hanya 0,3 persen yang menyebut faktor agama, suku atau etnis yang berpengaruh dalam keputusan mereka.
Hasil survei ini menunjukan indikasi positif bahwa rakyat semakin dewasa dalam menentukan pilihan politik mereka, dan tidak terjebak dalam isu – isu identitas yang sempit.
Soal hasil survei itu, pengamat sosial politik asal Undana Lasarus Jehamat menyebut jika ada pergeseran orientasi pemilih.
“Rakyat sudah cerdas sekarang. Pemilih tidak lagi mau hidup dalam kungkungan primordial etnis agama dan lain-lain,” kata Dosen di FISIP Undana itu, Selasa siang.
Lasarus menganggap aneh jika masih ada calon pemimpin yang masih bermain di dalam ruang itu.
“Makanya aneh kalau masih ada yang coba mengkanal para calon dari sisi etnis dan agama itu. Selain tidak bermanfaat secara politis, primordialitas politik berdampak buruk secara sosial,” kata dia.
Selain track record, kata Peneliti di LPM Undana itu, watak diri calon pemimpin ini menjadi catatan Utama sekarang.***
|
Tidak ada komentar