TAMBOLAKA, TIMES Nusa Tenggara Timur| Lasarus Jehamat, pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (Undana), memberikan solusi yaitu kemungkinan pembentukan poros baru.
Menurut Jehamat, Dominggus Damma, disarankan untuk mempertimbangkan posisi sebagai calon wakil bupati berpasangan dengan Aleks Rangga Pija, yang merupakan sosok kuat dari wilayah Kodi. Kombinasi ini dinilai akan menciptakan poros baru yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga membawa dinamika baru dalam Pilkada mendatang.
Jehamat menjelaskan bahwa selama ini masyarakat Kodi memiliki tradisi untuk mengusung kader mereka sebagai calon bupati, bukan wakil. Namun, dalam konteks politik saat ini, di mana hampir semua partai politik besar sudah memberikan dukungan kepada dua pasangan calon yang ada, yaitu Ratu Ngadu Bonnu Wulla-Dominggus Alphawan Rangga Kaka dan Fransiskus Marthin Adi Lalo-Yeremia Tanggu, opsi untuk membentuk poros baru melalui koalisi non-seat menjadi sangat strategis.
Pasangan Ratu Ngadu Bonnu Wulla dan Dominggus Alphawan Rangga Kaka telah berhasil mengantongi dukungan dari partai-partai besar seperti Nasdem, PDIP, Perindo, PKB, dan PKS. Sementara itu, pasangan Fransiskus Marthin Adi Lalo dan Yeremia Tanggu mendapatkan dukungan dari Hanura, PAN, Golkar, dan Gerindra. Dengan hampir semua partai politik besar telah mendukung dua pasangan tersebut, Lasarus Jehamat melihat bahwa jalan terbaik bagi kandidat lain untuk bersaing adalah dengan memanfaatkan koalisi non-seat.
Koalisi partai-partai non-seat, yang meskipun tidak memiliki kursi di DPRD, namun memiliki perolehan suara yang cukup signifikan dalam Pemilu Legislatif 2024, bisa menjadi kunci pembentukan poros baru.
Jehamat mendorong agar partai-partai ini, seperti PSI, PPP, Partai Gelora, dan lainnya, bersatu untuk mendukung pasangan Aleks Rangga Pija dan Dominggus Damma.
Pembentukan poros baru ini, menurut Jehamat, akan menciptakan situasi politik yang lebih dinamis dan memberikan pilihan alternatif bagi masyarakat Sumba Barat Daya.
“Poros baru ini tidak hanya akan menambah warna dalam Pilkada, tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk melihat opsi kepemimpinan yang lebih beragam dan inklusif,” ujar Jehamat.
Kandidat calon bupati Ratu Ngadu Bonnu Wulla dan Fransiskus Marthin Adi Lalo yang masing-masing telah mendapatkan dukungan dari sebagian partai politik besar, pembentukan poros baru dengan dukungan partai non-seat merupakan strategi yang realistis dan bisa diterapkan untuk menyeimbangkan persaingan politik.
Jika poros baru ini terbentuk, maka Pilkada Sumba Barat Daya 2024 akan menjadi ajang kompetisi yang lebih terbuka dan berimbang, memberikan masyarakat kesempatan untuk memilih pemimpin yang benar-benar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka.
Lasarus Jehamat menjelaskan bahwa koalisi non-seat adalah jalan strategis untuk menciptakan poros baru yang dapat menjadi game-changer dalam kontestasi politik di Sumba Barat Daya.***
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT. |
|
Tidak ada komentar