Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat: Sosialisasi Urgensi Pendidikan Multikultur di Era Global bagi Mahasiswa Sosiologi FISIP UNDANA

waktu baca 3 menit
Sabtu, 18 Mei 2024 13:24 0 143 FBL

“Pendidikan multikultur adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan menghargai keragaman budaya serta berupaya untuk mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan yang terkait dengan perbedaan budaya”

TIMES Nusa Tenggara Timur| Pendidikan tinggi harus menjadi agen utama yang mendorong kebebasan bagi semua orang dari berbagai latar belakang. Sudah saatnya kita merayakan perbedaan dengan sukacita. Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang Sosialisasi Urgensi Pendidikan Multikultur di Era Global bagi Mahasiswa Sosiologi FISIP UNDANA. Kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral Fisip Undana yang dilakukan oleh Tim PKM Program Studi Sosiologi. Kegiatan PKM ini diketuai oleh Dr. Drs. Blajan Konradus, M.A dengan anggota Drs. Yosef E Jelahut, M. Si, Drs. Aris Lambe, M. Si, Drs. Herman Y. Utang, L.Ph, dan Lasarus Jehamat, M.A. Dua mahasiswa juga dilibatkan sebagai anggota tim.

Blajan menyebutkan, di era globalisasi saat ini, masyarakat dunia semakin terhubung dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Perubahan ini membawa tantangan baru yang kompleks dalam interaksi antarbudaya dan multikulturalisme. Pendidikan multikultur menjadi semakin penting dalam membekali individu dengan keterampilan dan pemahaman yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif dalam lingkungan yang beragam.

Baca Juga  Taruna-Taruni SMK Maritim Nusantara Jalani KBM dengan Nyaman dan Legal

“Kita tidak ingin hidup dalam tempurung yang terus mengagung-agungkan suku, etnis bahkan agama sendiri. Tugas perguruan tinggi saya kira menjadi agen utama yang mempromosikan perbedaan. Ini harus dicatat” tegas Blajan.

Sementara itu, di kesempatan lain, anggota Tim Pengabdian Prodi Sosiologi, Herman Utang menyatakan bahwa bagi mahasiswa sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nusa Cendana (UNDANA), pendidikan multikultur sangat relevan. Sebagai calon sosiolog, mereka akan dihadapkan pada tugas untuk memahami, menganalisis, dan menawarkan solusi terhadap berbagai masalah sosial yang sering kali berakar dari perbedaan budaya dan nilai-nilai.

“Menurut Banks (2009), pendidikan multikultur bertujuan untuk mengembangkan kesadaran kritis terhadap budaya sendiri dan budaya lain, serta membekali individu dengan keterampilan untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dalam masyarakat yang multikultural”.

“Mahasiswa sosiologi malah harus paham bahwa kita memang diciptakan berbeda. Kita tidak boleh memaksa kehendak untuk harus satu dan sama. Sebagai lembaga besar, Undana memang bertanggung jawab atas promosi perbedaan ini. Sebagai bagian dari Undana, Fisip dan Sosiologi terutama berkewajiban mengemban amanah Undana untuk promosi perbedaan ini. Mari kita rayakan perbedaanlah” ungkap Utang, yang diamini Jelahut, Lambe dan Jehamat.

Lasarus Jehamat dan Tim LPPM Undana Melakukan Kegiatan Pelatihan Penulisan Opini Bagi Mahasiswa Sosiologi Undana, Foto: Istimewa

Lasarus Jehamat dan Tim LPPM Undana Melakukan Kegiatan Pelatihan Penulisan Opini Bagi Mahasiswa Sosiologi Undana, Foto: Istimewa

Pendidikan multikultur adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan menghargai keragaman budaya serta berupaya untuk mengatasi diskriminasi dan ketidaksetaraan yang terkait dengan perbedaan budaya. Menurut Banks (2009), pendidikan multikultur bertujuan untuk mengembangkan kesadaran kritis terhadap budaya sendiri dan budaya lain, serta membekali individu dengan keterampilan untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dalam masyarakat yang multikultural.

Baca Juga  KPU Kabupaten SBD menggelar Sosialisasi Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2024

Di era globalisasi, pendidikan multikultur menjadi penting karena beberapa alasan: meningkatkan toleransi dan pengertian: Pendidikan multikultur membantu mengurangi prasangka dan stereotip dengan meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap perbedaan budaya; membekali dengan keterampilan interkultural: Pendidikan ini membekali individu dengan keterampilan komunikasi dan interaksi yang efektif dalam lingkungan yang beragam; mengurangi konflik sosial: Dengan memahami dan menghargai keragaman, pendidikan multikultur dapat berkontribusi dalam mengurangi konflik sosial yang berakar pada perbedaan budaya; dan mempromosikan keadilan sosial: Pendidikan multikultur mendorong penghapusan diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT.

FBL

Pemimpin Redaksi Times Nusa Tenggara Timur

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA