JAKARTA, TIMES Nusa Tenggara Timur| Gereja Katolik di Indonesia tengah bersiap menyambut kunjungan Paus Fransiskus dengan penuh antusias. Bapa Suci akan memimpin Misa Agung di Stadion Gelora Bung Karno pada Kamis, 5 September 2024. Misa ini diharapkan dihadiri puluhan ribu umat Katolik dan klerus dari seluruh penjuru negeri.
Salah satu hal yang menarik perhatian dalam kunjungan apostolik ini adalah busana liturgi yang dikenakan Paus Fransiskus selama Misa. Berbeda dengan para kardinal, uskup, dan imam konselebran lainnya yang mengenakan kasula, Paus Fransiskus akan mengenakan pluviale. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan di kalangan umat: Mengapa Paus memilih pluviale, bukan kasula, seperti para pemimpin gereja lainnya?
Menurut pengamat liturgi, busana liturgi yang dikenakan Paus Fransiskus dalam Misa mencerminkan peran yang berbeda. Dalam beberapa tahun terakhir, Paus sering kali memimpin Misa tetapi tidak merayakannya secara langsung. Dalam konteks liturgi, “merayakan” berarti menjadi selebran yang memanjatkan doa syukur agung dan mengucapkan kata-kata konsekrasi. Dalam Misa seperti ini, Paus tetap memimpin ibadah, tetapi selebran utama yang melaksanakan tindakan konsekrasi.
Tradisi ini tidak baru dalam Gereja Katolik. Sebelum Konsili Vatikan II, Misa yang dipimpin oleh Paus namun dirayakan oleh selebran lain dikenal sebagai *Missa Pontificalis coram Summo Pontifice* (Misa Agung Pontifikal di hadapan Paus). Paus, bersama dengan para uskup dan imam yang tidak menjadi selebran, akan berlutut selama konsekrasi, sementara selebran utama memanjatkan doa syukur agung.
Pluviale yang akan dikenakan Paus Fransiskus selama Misa di Jakarta adalah simbol otoritas dan kemegahan. Pluviale biasanya dikenakan oleh uskup atau imam yang memimpin tetapi tidak merayakan Misa. Sebaliknya, kasula, yang dikenakan oleh selebran utama dan konselebran lainnya, adalah simbol cinta kasih dan wajib dipakai oleh setiap imam yang merayakan Misa.
Dalam Misa di Jakarta, kasula akan disediakan untuk lebih dari 1.000 imam yang akan berkonselebrasi bersama Paus Fransiskus. Penggunaan kasula ini, menurut pedoman liturgi, adalah wajib kecuali ada keadaan darurat seperti kekurangan busana liturgi. Bahkan dalam situasi seperti itu, para konselebran yang bukan selebran utama masih diizinkan mengenakan kasula berwarna putih.
Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia adalah momen bersejarah bagi Gereja Katolik di tanah air. Dengan penuh sukacita dan persiapan yang matang, umat Katolik di Indonesia siap menyambut kedatangan Bapa Suci dan mengambil bagian dalam Misa Agung di Jakarta.***
|
Tidak ada komentar