Kenangan Kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Indonesia: Jejak yang Masih Dihidupi

waktu baca 3 menit
Senin, 2 Sep 2024 11:45 0 170 FBL

JAKARTA, TIMES Nusa Tenggara Timur| Kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia pada 8-12 Oktober 1989 telah meninggalkan jejak sejarah yang mendalam di berbagai kota yang dikunjunginya. Paus Yohanes Paulus II mengunjungi lima kota di Indonesia: Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Timor Timur, dan Medan. Setiap kota yang dikunjungi kini memiliki tempat-tempat bersejarah yang menjadi tujuan ziarah bagi umat Katolik maupun non-Katolik, sebagai wujud penghormatan terhadap Paus dan nilai-nilai iman yang diusungnya.

Di Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus, Ritapiret, Maumere, sebuah sanctuarium yang kini dilengkapi dengan relikui Santo Yohanes Paulus II menjadi saksi bisu kunjungan beliau. Di tempat tersebut, Paus Yohanes Paulus II menginap semalam dan kini bagian unit asrama itu telah diubah menjadi tempat suci bagi para peziarah.

Di Yogyakarta, sebuah museum misi menyimpan benda-benda peninggalan Paus Yohanes Paulus II yang menjadi pengingat akan peristiwa bersejarah tersebut. Di Jakarta, gedung di kampus Universitas Katolik Atma Jaya, yang dulu digunakan sebagai tempat pertemuan Paus dengan para cendekiawan Katolik, kini didedikasikan dengan nama Karol Wojtyla, nama asli Paus Yohanes Paulus II. Di Medan, sebuah gua Maria di Namo Pecawir, yang didirikan sebagai kenangan atas kunjungan Paus, kini menjadi tempat ziarah yang dikunjungi oleh banyak umat.

Baca Juga  Menjelang Kedatangan Paus Fransiskus, Kantor Duta Besar Vatikan Tampak Tanpa Pengamanan Luar Biasa

Gua Maria Namo Pecawir, yang terletak di Desa Namo Pecawir, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi salah satu tempat ziarah yang populer. Patung Bunda Maria setinggi 175 cm di dalam gua tersebut, yang diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II, menjadi pusat devosi bagi umat yang datang untuk berdoa dan memohon rahmat. Gua ini tak hanya dikunjungi oleh umat Katolik, tetapi juga oleh banyak non-Katolik yang datang dengan berbagai niat dan harapan.

Ziarah dalam tradisi Gereja Katolik merupakan praktik kesalehan yang terus dihidupi hingga kini. Paus Fransiskus dalam audiensi dengan para pemimpin ziarah pada 21 Januari 2016 menyatakan bahwa ziarah adalah salah satu ungkapan iman yang paling kuat dari umat Allah. Melalui perjalanan ziarah, umat diingatkan akan jati diri sebagai peziarah di dunia, dengan tujuan akhir untuk mencapai kebahagiaan abadi bersama Allah.

Kunjungan Paus Fransiskus yang akan datang di Indonesia juga diperkirakan akan meninggalkan jejak sejarah baru dan memunculkan tempat-tempat ziarah baru. Seperti yang telah terjadi pada kunjungan Paus Yohanes Paulus II, kunjungan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat iman, kekuatan rohani, dan persekutuan di antara umat Katolik di Indonesia.

Baca Juga  Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Disambut dengan Antusiasme dan Doa oleh Umat Katolik di Keuskupan Weetebula

Seiring waktu, tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II terus menjadi monumen spiritual yang tidak hanya menyimpan kenangan sejarah, tetapi juga menjadi tempat bagi umat untuk menimba rahmat dan berkat Tuhan melalui perantaraan Santo Yohanes Paulus II. Tempat-tempat tersebut akan terus menjadi bagian penting dari warisan spiritual umat Katolik di Indonesia, yang dihidupi dan diteruskan dari generasi ke generasi.***

FBL

Pemimpin Redaksi Times Nusa Tenggara Timur

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA