Pertimbangan Basis Politik dan Sosiologis Diperlukan untuk Menentukan Wakil Melki Laka Lena

waktu baca 3 menit
Senin, 8 Jul 2024 12:57 0 201 FBL

KUPANG, TIMES Nusa Tenggara Timur| Calon wagub yang layak untuk mendampingi Melki Laka Lena di Pilgub NTT Tahun 2024 harus benar-benar mempertimbangkan basis politik dan basis sosiologis.

Demikian disampaikan Ahmad Atang, pengamat sosial politik dari Universitas Muhamadyah Kupang.

“Dari tiga nama yang beredar dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), maka partai koalisi harus bisa memastikan satu diantara tiga nama itu untuk mendampingi Melki Laka Lena, dengan mempertimbangkan dua hal, yakni basis politik dan sosiologis karena calon wakil harus mampu mendorong profit elektoral bagi Paslon ini,” kata Ahmad, Senin 8 Juli.

Lebih lanjut, Wakil Rektor UMK itu menjelaskan, dinamika Pilgub NTT mulai menunjukan kejelasan figur, walaupun masih minus, baik partai koalisi maupun figur wakil.

PDIP telah resmi menetapkan Ansy Lema, namun belum memiliki figur wakil maupun partai koalisi.

“Sedangkan Nasdem sudah memiliki Paslon, yakni Petrus Simon Kamlasi sebagai cagub dan Andreas Garu sebagai cawagub. Namun belum memiliki partai koalisi,” kata Ahmad.
“Partai Golkar telah menetapkan Melki Laka Lena sebagai cagub dan secara politik telah memiliki partai koalisi namun belum punya calon wakil,” tambahnya.

Baca Juga  Apabila Bacabup dan Cawabup Pilkada SBD Telah Resmi Mendapatkan SK Partai Hanura

Menurut dia, Partai Golkar telah membangun komunikasi politik dengan partai koalisi Indonesia maju, seperti PAN, PSI, Gerindra dan Demokrat, agar format koalisi Pilpres dapat diadopsi untuk Pilgub di NTT.

Dengan demikian, Melki Laka Lena sebagai calon gubernur dari Partai Golkar membuka ruang untuk partai koalisi mengajukan calon wakil. Karena itu, telah muncul tiga nama, yakni Gabriel Beri Bina dan Anita Mahenu dari Gerindra, juga ibu Jane Natalia dari PSI.

Dalam analisisnya, menurut Atang, pilihan wakil ini lebih untuk mengamankan KIM di Pilgub ini, sehingga lebih pada pertimbangan politik dibandingkan pertimbangan sosiologis. Walaupun diakui bahwa politik lokal selalu berbasis sosiologis karena tuntutan demokrasi partisipasi daripada demokrasi representasi.

Menurutnya, secara sosiologis, ketiga calon wagub ini, yang memiliki basis politik dan sosiologis adalah Gabriel Beri Bina dan Natalia Mahenu, sedangkan ibu Natalia Jane hanya memiliki basis politik, namun kurang memiliki basis sosiologis.

Baca Juga  Serena Francis Ditugaskan Langsung Prabowo Subianto untuk Calon Wakil Wali Kota Kupang 

“Maka partai koalisi harus bisa memastikan satu diantara tiga untuk mendampingi Melki Laka Lena dengan mempertimbangkan dua hal, yakni basis politik dan sosiologis karena calon wakil harus mampu mendorong profit elektoral bagi Paslon ini,” ujarnya.

Sisi lain, Ahmad mengingatkan, figur-figur yang berhasrat untuk memimpin NTT lima tahun ke depan, yang akan bertarung pada Pilkada 27 November nanti, dan siapapun yang menang menjadi gubernur, akan menghadapi problem yang belum terselesaikan oleh pemimpin sebelumnya.

Problem itu diantaranya, sebut dia, pertama, ruang fiskal sangat terbatas karena beban utang pinjaman daerah yang harus dibayar hingga 2028.

“Itu artinya, selama empat tahun kepemimpinan gubernur, Pemda harus seleksi program kegiatan di tengah keterbatasan anggaran,” ujarnya.

Kedua, problem stunting karena NTT memiliki angka stunting tertinggi, yang hingga kini belum secara masif diatasi. Ketiga adalah persoalan kemiskinan ekstrem yang hampir merata di semua kabupaten/kota di NTT.

“Maka harus ada langkah yang sama antara pemprov dan pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian, siapapun kepala daerah mendatang akan menghadapi tiga hal ini secara bersamaan,” paparnya.***

FBL

Pemimpin Redaksi Times Nusa Tenggara Timur

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA