Sosialisasi Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan, RWT Sampaikan Lima Pilar STBM

waktu baca 3 minutes
Selasa, 30 Jul 2024 02:07 0 260 Times NTT

TAMBOLAKA, TIMES Nusa Tenggara Timur|Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyelenggarakan Sosialisasi Program Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan untuk menerapkan Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di aula Ro’o Luwa, Desa Watu Kawula, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten SBD Provinsi NTT, Senin (29/7/2024).

Sosialisasi program peningkatan kualitas kesehatan lingkungan itu dihadiri langsung oleh anggota DPR-RI Dapil NTT II, Ratu Ngadu Bonu Wulla Talu, atau yang biasa dengan sapaan akrab RWT, sebagai bentuk kerja sama antara Komisi IX dan Dinas Kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan mengenai lima pilar STBM untuk mencegah penyakit diare dan penyakit lain yang merugikan kesehatan masyarakat.

Dalam penyampaian kata sambutannya, RWT menekankan pentingnya kehadiran anggota DPR-RI di tengah masyarakat untuk mendengar dan memahami keluhan serta kebutuhan mereka. “Hari ini saya datang bersama mitra saya, yaitu Dinas Kesehatan, untuk mendengar apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat,” ungkapnya.

RWT juga menyampaikan dan menjelaskan lima pilar STBM untuk menjaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan kesehatan tempat tinggal yaitu:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan

Lingkungan yang sehat menjadi hal penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia dan menjamin kesehatan individu yang berada di sekitarnya. Kesehatan seseorang dan masyarakat dipengaruhi oleh keberadaan sanitasi.

Baca Juga  Hadiah Laka Lena bagi Masyarakat Amfoang, Rumah Sakit Senilai 72 M Mulai Dibangun

Sanitasi juga dapat diartikan sebagai rangkaian tindakan yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia dengan meminimalkan risiko penyakit yang dapat disebabkan oleh lingkungan yang kotor, tidak sehat, dan tidak higienis.

“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi, maka diperlukan sebuah metode untuk mengubah perilaku sanitasi seseorang, yaitu dengan metode STBM yang merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengubah perilaku higenis dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran diri sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, dan kebiasaannya saat membuang kotoran besar,” ujarnya.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun

Dengan mencuci tangan menggunakan sabun, seseorang dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan. Karena disaat memegang atau menyentuh suatu barang atau benda yang kotor pasti tangannya kotor, kotoran itu pasti melekat pada tangan seseorang.

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

Air yang diminum dan digunakan untuk memasak harus air yang benar-benar jernih. Apalagi masyarakat Sumba banyak menggunakan air hujan yang biasa ditampung dalam sebuah bak air.

Baca Juga  Laka Lena Ke 250 Peserta Sosialisasi: JKN KIS tidak hanya untuk Orang Sakit juga Orang Sehat

“Bak penampung tersebut harus dibersihkan dan ada penutup bak tersebut, airnya juga harus benar-benar masak saat bapak/mama memasak air minum agar kuman-kumannya mati. Makanan dan sayuran yang kita masak harus dibersihkan terlebih dulu, kita kelola dengan sebaik-baiknya,” katanya.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

“Sampah juga harus dikelola dengan baik. Sampah yang bisa dibakar yah kita bakar dan sampah yang biasa dikubur kita kubur. Jangan dibuang sembarangan tempat, karena setiap sampah yang kita buang sembarangan pasti dihinggapi lalat. Lalat itu bisa hinggap pada makanan saat kita mau makan, nah ini yang pemicu munculnya sakit penyakit pada anak-anak dan juga kita sebagai orang dewasa,” tuturnya.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Limbah cair juga perlu dikelola dengan baik, kalau bisa dibuatkan satu tempat aliran yang jauh dari halaman rumah. “Biasanya Mama-Mama atau Nona-Nona cuci piring kotor, air cucian yang kotor langsung dibuang sembarang. Air cucian itu yang dibuang tadinya pasti dikerumuni lalat, apalagi kalau air itu berbau amis,” ujarnya.

“Untuk menangani hal seperti itu, alangkah baiknya Bapak/mlMama membuat selokan kecil, sehingga air kotoran dari bekas cuci piring pasti berada pada satu tempat tertentu dan jauh dari pekarangan kita,” katanya lagi. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA