Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia: Tarian Liturgi dalam Sorotan Perayaan Ekaristi

waktu baca 4 minutes
Senin, 2 Sep 2024 04:34 0 1068 Times NTT

JAKARTA, TIMES Nusa Tenggara Timur| Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia yang telah lama dinantikan akhirnya akan terwujud. Kehadirannya akan menambah catatan sejarah kunjungan kepausan ke Indonesia, menyusul kunjungan Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II, yang disambut dengan kegembiraan dan sukacita oleh umat Katolik di tanah air. Perayaan Ekaristi Pontifikal yang akan dipimpin langsung oleh Paus Fransiskus menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan. Dalam Ekaristi ini, Paus bertindak in persona Christi, atau selaku Kristus, menghidupkan kembali kehadiran Tuhan yang nyata di tengah umat beriman.

Tarian Liturgi: Menghidupkan Tradisi Sakral dalam Perayaan Ekaristi

Salah satu aspek menarik dari perayaan Ekaristi Pontifikal kali ini adalah dimasukkannya tarian liturgi, sebuah elemen yang mungkin mengejutkan bagi mereka yang akrab dengan tradisi liturgi Latin Romawi, di mana tarian umumnya tidak menjadi bagian dari perayaan liturgi. Namun, dalam konteks budaya lokal dan perkembangan sejarah, tarian telah menemukan tempatnya sebagai bentuk ekspresi sakral yang mengungkapkan kegembiraan, pujian, dan syukur kepada Tuhan.

Sejarah dan Kontroversi Tarian dalam Liturgi

Tarian sebagai ekspresi religius memiliki akar yang dalam dalam tradisi Ibrani. Dalam Alkitab, khususnya dalam Mazmur 150:4, orang-orang beriman diajak untuk memuji Tuhan dengan rebana dan tari-tarian, menunjukkan bahwa tarian adalah bagian integral dari komunikasi dengan Tuhan. Pada masa-masa awal komunitas Kristiani, tarian sakral dipraktekkan, terutama oleh komunitas asketis dan kontemplatif. Namun, sejak abad ke-3 hingga abad ke-16 Masehi, tarian mulai kehilangan tempatnya dalam liturgi Kristiani, terutama karena pandangan filosofis yang dipengaruhi oleh Plato, yang memisahkan tubuh dari roh, serta pengaruh budaya Eropa yang melihat tarian sebagai sesuatu yang profan dan berpotensi menyesatkan.

Meskipun demikian, upaya untuk mempertahankan tradisi tarian dalam konteks religius tetap ada. Misalnya, pada tahun 1439, Uskup Agung di Sevilla mengirim permohonan kepada Paus Eugenis IV untuk mempertahankan ritual tari yang sangat disukai dalam perayaan keagamaan. Namun, seiring dengan munculnya Kontrareformasi, upaya untuk mengatur tarian dalam liturgi semakin diperketat, dan tarian mulai kehilangan tempatnya di gereja-gereja Katolik dan Protestan di Eropa.

Baca Juga  Kenangan Kunjungan Paus Yohanes Paulus II di Indonesia: Jejak yang Masih Dihidupi

Kebangkitan Tarian Liturgi di Abad Modern

Pada awal abad ke-20, muncul pandangan baru yang menekankan makna sakral dari tarian. Isadora Duncan, seorang penari terkenal asal Amerika, mengungkapkan bahwa tarian memiliki sifat religius dan bisa menjadi doa yang mengungkapkan jiwa penari. Meskipun demikian, dalam tradisi Gereja Latin Roma, tarian tetap dianggap sebagai elemen non-liturgis hingga dikeluarkannya pedoman Dance in Liturgy oleh Kongregasi Sakramen dan Ibadat Ilahi pada tahun 1975. Dalam dokumen ini, tarian tidak dianggap sebagai bagian dari liturgi, namun diizinkan dilakukan sebelum atau setelah perayaan liturgi, asalkan tarian tersebut mengungkapkan doa umat dan tidak melibatkan imam dalam tarian.

Instruksi yang lebih baru, De Liturgia romana et inculturatione (1994), membuka pintu bagi gerakan tarian dalam perayaan liturgi, dengan syarat bahwa tarian tersebut merupakan ekspresi doa dan sembah sujud seluruh jemaat, dan bukan sekadar pertunjukan.

Tarian Liturgi dalam Perayaan Ekaristi Pontifikal di Indonesia

Dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, tarian liturgi yang akan ditampilkan diharapkan dapat mencerminkan kekayaan budaya lokal yang telah diinkulturasi dengan nilai-nilai Kristiani. Misalnya, sebagaimana pada kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Maumere, Flores, pada 11 Oktober 1989, di mana tarian liturgis ditampilkan pada berbagai bagian perayaan, seperti perarakan masuk, persiapan persembahan, dan penutup, serta saat nyanyian Kemuliaan, Kudus-kudus, dan Komuni. Tarian ini tidak hanya menjadi ekspresi sukacita dan doa para penari, tetapi juga menggerakkan seluruh umat yang hadir untuk turut serta dalam gerak dan pujian.

Baca Juga  TIMES Nusa Tenggara Timur Siapkan Liputan Khusus Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia

Persiapan untuk tarian liturgi dalam perayaan yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus memerlukan perhatian khusus. Tarian yang akan ditampilkan haruslah berasal dari tradisi budaya lokal yang maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai Injil. Tarian tersebut harus disesuaikan dengan konteks, waktu, tempat, gerakan, dan nyanyian liturgi sehingga menjadi ungkapan doa yang indah dan khusyuk.

Mempersiapkan Umat dan Penari

Seluruh umat perlu dipersiapkan untuk memahami makna dari tarian liturgi, agar mereka dapat turut serta dalam perayaan dengan penuh penghayatan dan tidak hanya menjadi penonton. Penari khusus yang akan membawakan tarian liturgi juga harus dilatih dengan baik, baik dalam hal gerakan maupun busana yang sopan dan pantas, sehingga mereka dapat menjadi contoh doa yang tulus di hadapan Tuhan.

Dalam setiap perayaan liturgi, persetujuan dari pimpinan Gereja setempat juga harus diperoleh untuk memastikan bahwa tarian liturgi yang dipersembahkan benar-benar mencerminkan semangat dan keagungan perayaan Ekaristi. Dengan demikian, tarian liturgi dalam perayaan Ekaristi Pontifikal ini akan menjadi ungkapan doa yang menyatu dengan seluruh umat, membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan melalui gerakan yang indah dan penuh makna.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini tidak hanya akan menjadi momen penuh sukacita, tetapi juga kesempatan untuk mengungkapkan kekayaan budaya Indonesia dalam konteks liturgi yang suci dan penuh hormat, menghubungkan iman dengan tradisi lokal yang kaya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten apapun tanpa seizin redaksi TIMES NTT.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA